SD MUH1DA – Joyfull & Meaningfull Learning merupakan paradigma belajar yang diterapkan SD Muh1da dalam sistem pembelajarannya, yang artinya, pembelajaran yang disampaikan kepada murid haruslah bersifat menyenangkan dan tidak menjenuhkan bagi murid, juga harus meaningfull, yang berarti apa yang diajarkan memiliki nilai/value yang bermakna bagi kehidupan murid.
Dalam rangka meningkatkan keahlian guru dalam mengimplementasikan pembelajaran yang joyful dan meaningful, SD Muh1da mengadakan sebuah pelatihan pada 6 Februari 2021, pelatihan virtual ini mendatangkan Ms. Weilin Han .M,Sc, (Ibu Wei) seorang praktisi pendidikan, dalam bidang pelatihan guru dan konsultasi pendidikan untuk sekolah, lembaga swadaya masyarakat juga organisasi internasional dan pemerintah.
Pukul 09.00 ruang pertemuan virtual sudah dihadiri oleh banyak banyak peserta, Ibu Ummu sebagai host membuka acara dengan menyapa peserta serta pemateri, selanjutnya Bu Umu mempersilahkan Bapak Saifullah Rochim selaku kepala SD Muh1da memberikan kata sambutan dan statement pembuka.
Ibu Wei mengawali materinya dengan sebuah slide berjudul “Pembelajaran bermakna dan menyenangkan”, Ibu wei mengawali materinya dengan mengajak peserta pelatihan mengisi beberapa pertanyaan yang telah disiapkan melalui realtime survei menti.com, beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran joyful dan meaningful daring diajukan oleh Ibu Wei untuk memetakan pemahaman peserta mengenai materi ini.
Setelah itu, Ibu Wei melanjutkan materi pada slidenya, Ibu Wei membuka kunci jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada survei sebelumnya, yang pertama adalah bagaimana ciri kelas daring yang menyenangkan / joyful, Kemudian dilanjutkan dengan materi bagaimana menerapkan pembelajaran bermakna.peserta menyimak penuturan dari Bu Wei dengan seksama.
Setelah Bu Wei selesai menyampaikan materinya, selanjutnya host membuka sesi tanya jawab, peserta dipersilahkan mengajukan pertanyaan melalui kolom chat ataupun secara langsung.
Beberapa pertanyaan diajukan oleh peserta seperti bagaimana menghadapi murid yang pemalu, menghadapi murid yang enggan mengikuti kelas online, dan bagaimana menghadapi wali murid yang kurang peduli terhadap persiapan pembelajaran anak.
Jawaban Bu Wei adalah, semua hal tersebut dapat diatasi dengan mencari akar permasalahannya terlebih dahulu, carilah akar masalah mengapa murid menjadi demikian, atau walimurid menjadi demikian. Untuk anak pemalu, bisa saja ia hanya pemalu secara verbal, maka bisa dicoba dengan gaya komunikasi non verbal seperti dengan gambar atau tulisan, bisa juga dengan cara membuat penilaian yang bernilai visual dikerjakan secara berkelompok, jadikan murid kelompok-kelompok kecil, sehingga itu mengurangi masalah ketidakpercayaan diri sang anak.
Dan untuk murid yang enggan mengikuti kelas online, biasanya ia merasa jenuh dalam pembelajaran virtual, maka cobalah membuat pertemuan virtual yang terdapat kegiatan menyenangkan didalamnya seperti permainan-permainan atau sejenisnya, agar murid merasa telah melewatkan sebuah hal yang menyenangkan apabila tidak mengikuti kelas virtual.
Sedangkan untuk masalah wali murid yang kurang peduli dengan persiapan belajar anaknya, umumnya itu terjadi karena faktor pekerjaan wali murid, ajaklah bicara wali murid tersebut untuk bersama mencari jalan keluar, memang tak akan sebentar dalam melakukan proses ini, opsi ke dua adalah carikan murid tersebut pasangan belajar yang memiliki orangtua yang cukup peduli dengan pembelajaran anaknya, bisa dipasangkan dengan teman dekatnya.
Sesi tanya jawab yang juga sekaligus sesi terakhir dari acara pelatihan hari ini berlangsung seru dan penuh antusiasme, sebagai penutupan Ibu Wei menyampaikan closing statement sebagai berikut :
“Kita semua sedang belajar bukan hanya murid-murid kita, pembelajaran daring ini merubah kita semua, ketika kita sendiri pun berproses dan menyemangati diri sendiri, artinya kita pun perlu memberi tempat kepada murid-murid kita untuk berproses juga, dan diatas segalanya, apa yang murid-murid itu ingat dari kita guru-gurunya bukanlah pelajaran perkaliannya, bukanlah pelajaran sejarahnya, bukanlah nilai ulangannya, yang akan mereka ingat seumur hidup adalah kehadiran kita didalam kehidupan mereka, mari kita manjadi guru yang hadir menjalin relasi yang positif, menemani murid-murid kita.”